Salam
Kenal Kawan,
Detik
tlah berganti menjadi menit. Begitu juga menit telah berganti menjadi jam. Jam
pun berubah menjadi hari, hingga hari menunjukkan minggu. Inilah saatnya setiap
waktuku terisi dengan gema kawan-kawan yang sebelumnya tak saling kenal bahkan
rupa seperti apa jua tidak tahu. Rasa senang ataupun sedih seakan fatamorgana.
Sedih jauhnya yang tersayang? Senang karna pengalaman baru? Tak bisa ku percaya
begitu cepat langkah kaki hingga penantianku sebagai mahasiswa datang juga.
Disini
aku bertemu dengan orang-orang yang cukup luar biasa uniknya. Ada Tata teman
sekelasku yang imut tapi super slow, makanya aku sering nyebut dia slower.
Jalan saja seperti macan luwe (macan kelaparan). Selanjutnya Nana, berbeda
dengan Tata yang slower, Ia adalah sebagai Ibu di rumah kami. Selanjutnya
kembaran Tata adalah Teza, seorang yang super berisik, kalau gak ada dia kami
tidak ada uang buat beli jajan. Samanya Tata dan Teza adalah mereka pengatur
uang dalam jajan kami. Just Kidding Bro. Bulu tangkis menjadi cabang olah raga
selanjutnya yang disukai oleh Wiwit, seorang ladies mungil dengan raket yang
slalu terbawa. Ada si ladies berikutnya yang cukup misterius, yakni Yeyen.
Misterius karna diamnya saja sebenernya. Dan Budhe yang slalu memberikan hasil
jepretan yang sungguh luar biasa indahnya. Tak lupa dua laki-laki yang jua
berkaca mata. Gugum si rambut gondrong yang akhirnya harus mencukur rambutnya
dan jadi kejaran wanita-wanita di luar sana. Serta Papa Diq yang slalu
senantiasa berpacaran dengan para sapi di kandang. Itu semua adalah nama-nama
yang akan menjadi tokoh setiap episode kali ini. Nah, sekarang aku nih.
Perkenalkan, aku adalah seorang laki-laki dengan kaca mata yang kadang
menghiasi mimic wajah. Hari-hariku biasanya diisi dengan aktifitas kampus
dengan lupa akan kebahagiaan diri sendiri. Panggil saja aku adalah Sayf. Banyak
temen menyebutku manusia nocturnal, karna malam-malam penuh dengan begadang dan
siangku menjadi sebuah kelelapan semata. Namun bukan bearti aku seorang yang
malas. Mungkin malas beranjak dari tempat tidur. Hahaha.
Perjalanan
kami memang tak mudah untuk sampai ke tahap ini. Begitu asyik ketika prahara
datang berkunjung. Ada seorang yang harus gugur karna sebuah keegoisan pribadi.
Warna sifat yang begitu asyik tuk menambah kuota pertemanan. Hingga kertas demi
kertas administrasi yang sungguh asyik tuk dipelajari. Itu semua seakan tak
hanya berkunjung. Namun, telah tertuliskan dalam sebuah catatan kecil-Nya.
Percayalah waktu kan menunjukkan keindahnnya. Setiap episode akan penuh dengan
crita tersendiri.
Bus
bergegas dengan cepatnya hingga tidurku terbangunkan oleh aroma pedesaan.
Perjalanan menuju lokasi menjadi langkah awal membuat sebuah kisah baru bagiku.
Kondangjajar salah satu desa menjadi bayangan ketika memberanikan diri untuk
hidup lebih bermakna. Apakah sulit? Plosok ? Terbelakang? Tak ada yang tahu
kalau tak mencoba ke sana. Lantas keberanian pilihanku inilah apakah bisa
membuatku lebih bermakna? Atau justru menjadi sebuah luka? Semua itu masih
tersembunyi di balik catatan-Nya. Aku hanya bisa menikmati setiap langkah kaki
yang akan menjadi sebuah episode selanjutnya.
Sebut
saja trio meong, boy band dalam kelompok ini, semua anggota berkaca mata, tubuh
seperti anak tangga dan di kelilingi oleh gadis-gadis yang cukup asyik ketika
mereka humbrel yang memberikan efek tidak sehat di telinga kami. Apa daya kami
sebagai kaum minoritas. Seperti bapak-bapak yang menggendong anaknya tapi
ibu-ibu sedang asyek berfoto ria atau mainan geget. Mau masak humberl, mau
makan humberl, mau surve humberl, intinya mau apapun itu humbrel. Mungkin kata
humbrel menjadi salah satu kuota kata yang baru bukan? Nanti akan dijelaskan di
akhir saja. Biar penasaran dengan cerita kami. Salam HUMBREL.
Wah indahnya masa itu mas, jadi penasaran
ReplyDeletesiap kaka
ReplyDeletesemoga suatu saat nanti bisa merasakannya