BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap hari sesorang akan melakukan
interaksi sosial kepada orang lain.
Dalam interaksi tersebut tak lepas dengan sebuah komunikasi. Di dalam
komunikasi itulah seseorang mengungkapkan ide, gagasan, dan lain sebagainya.
Komunikasi tersebut mempunyai sarana berupa bahasa, yang mana bahasa tersebut
sebagai salah satu kajian bidang linguistic. Bahasa tersebut dapat dibedakan
menjadi bahasa lisan dan dalam bentuk bahasa tertulis.
Unsur kebahasaan salah satunya ialah
wacana. Menurut Abdul Chaer, wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga
dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar
(2012 : 267). Sebagai satuan bahasa yang lengkap, berarti wacana tersebut
mempunyai konsep, gagasan, dan lain sebagainya yang dipahami oleh seseorang.
Sebagai satuan gramatikal yang tertinggi, dapat diartikan sebagai suatu bentuk
dari kalimat – kalimat yang memenuhi suatu persyaratan. Dalam analisis wacana
tersebut terdapat aspek – aspek dalam menganalisis. Konteks dan inferensi
merupakan salah satu aspek pendukung dari analisis suatu wacana.
Analisis wacana merupakan salah satu alternatif
dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak
dipakai (Alex Sobur, 2012 : 68). Melalui analisis wacana tersebut dapat
diketahui isi suatu berita serta pesan yang tersampaikan. Analisis wacana salah
satunya mempunyai kelebihan tersendiri. Karena dapat diketahui kualitas dari
segi suaranya, ekspresi, sikap tubuh dan lain sebagainya.
Salah satu analisis wacana lisan dapat
dilihat dari tayangan TV, radio, serta bertatap muka langsung. Tayangan TV,
sekarang ini tak bisa lepas juga dari kehidupan sehari – hari. Tak terkecuali
tayanagan berita di TV. Dari situlah masyarakat menerima informasi dari
berbagai kejadian – kejadian yang tak dapat dilihat atau diketahui sebelumnya.
Menurut Morissan ( 2004 : 35) Program berita dapat menyajikan menu berita yang
beragam, jadi harus ada percampuran yang tepat antara berbagai tipe atau jenis
berita yang ingin ditayangkan.
Menurut Wikiwand dalam www.wikiwand.com, Cakra Semarang TV adalah
sebuah stasiun TV swasta yang lebih dikenal oleh masyarakat Semarang dan Jawa Tengah sebagai Cakra TV. Saat ini televisi lokal yang
berada di bawah manajemen PT. Mataram Cakrawala Televisi Indonesia ini memiliki
jam siaran sebanyak 17 jam per hari mulai dari pukul 07:00 sampai 23:00 WIB
serta bersiaran di channel baru yaitu 53 UHF. Pada awal mengudara ada pada
channel 45 UHF yang sekarang digunakan untuk siaran Pro TV (sekarang iNews TV Semarang).
Isi program siaran berfokus pada kultur budaya lokal yang ada di Jawa Tengah.
Stasiun televisi ini merupakan anggota jaringan Indonesia Network.
Semarang TV salah satu TV swasta di Indonesia yang menayangkan program berita
berbahasa Jawa. Oleh karena itu, penulis akan menganalis konteks dan inferensi
pada Pawartos Jawi Tengah segment 7, 15 Agustus 2016 Semarang TV.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah analisis konteks pada
pawartos jawi tengah segment 7, 15 Agustus 2016 Semarang TV ?
2.
Bagaimanakah analisis inferensi pada
pawartos jawi tengah segment 7, 15
Agustus 2016 Semarang TV ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui konteks
pada pawartos jawi tengah segment 7, 15
Agustus 2016 Semarang TV .
2. Mengetahui inferensi
pada pawartos jawi tengah segment 7, 15
Agustus 2016 Semarang TV .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kajian Teori
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan
secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis
seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis yang terlihat dari
struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dandari
struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu (Sumarlam, 2008 :
15). Sementara itu menurut Abdul Chaer, wacana adalah satuan bahasa yang
lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar (2012 : 267). Senada dengan Abdul Chaer, wacana adalah
satuan bahasa terlengkap, yang dalam hierarki kebahasaan merupakan satuan
gramatikal tertinggi dan terbesar (Achmad dan Alek, 2012 : 149). Berbeda lagi dengan Djatmika, wacana oleh
para analis wacana dikatakan sebagai sebuah bentuk penggunaan bahasa (2014 : 2).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan, wacana merupakan
suatu satuan bahasa yang terlengkap atau terbesar yang bersifat koheren dan
kehesif.
Konteks wacana adalah aspek – aspek internal wacana
dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana (Sumarlam,
2008 : 47). Menurut Kridalaksana, wacana adalah aspek – aspek lingkungan fisik
atau sosial yang kait – mengait dengan ujaran tertentu serta pengetahuan yang
sama – sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang
dimaksud pembicara (2011 : 134). Berbeda lagi dengan pendapat Sumarlam, menurut
Achmad dan Alek, konteks adalah situasi atau latar belakang terjadinya suatu komunikasi (2012 : 149). Dari beberapa pengertian konteks, dapat
ditarik kesimpulan, konteks merupakan struktur internal dan eksternla dalam
wacana yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga wacana menjadi utuh dan
lengkap.
Menurut Imam Syafi’ie dalam Achmad dan Alek (2012 : 147),
konteks dalam analisis wacana dapat dibedakan menjadi,
1.
Konteks Linguistik , kalimat – kalimat
dalam pecakapan
2.
Epistemis, latar belakang pengetahuan
pengetahuna yang sama – sama diketahui oeh partisipan
3.
Fisik, meliputi tempat terjadinya
percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan , dan tindakan para
partisipan
4.
Sosial, relasi rasio – kultral yang
melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan
Menurut
Sumarlam (2008 : 47) dalam memeahami sebuah
konteks wavana dapat dilakukan berbagai prinsip penafsiran dan analogi seperti
prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, prinsip penafsiran
temporal, dan prinsip analogi. Prinsip tersebut juga mempertimbangkan factor
seperti, factor sosial, situasional, kultural, dan pengetahuan tentang dunia.
Inferensi adalah proses yang harus
dilakukan oleh komunikan (pembaca/ pendengar/ mitra tutur) untuk memahami makna
yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yng diungkapkan oleh komunikator
(pembicara/ penulis/ penutur). Atau dengan kata lain, inferensi adalah proses
memahami makna tuturan sedemikina rupa sehingga sampai pada penyimpulan
maksud penutur (Sumarlam, 2008 : 51).
Sementara itu menurut Achmad dan Alek (2012 : 150), inferensi adalah proses
interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Dari beberapa pendapat
tersebut, dapat disimpulkan, inferensi ialah suatu proses yang harus dilakukan
oleh komunikan terhadap komunikator agar dapat memahami makna yang telah
diungkapkan. Oleh karena itu, untuk dapat mengambil inferensi dengan baik maka
komunikan harus memahami konteks dengan baik karena konteks merupakan dasar
bagi inferensi.
B.
Pembahasan
Pada bagian pembahasan akan membahas tentang penerapan
analisis wacana yang telah dijabarkan dalam meakukan analisis kontkes dan
inferensi pada Pawartos Jawi Tengah segment
7, 15 Agustus 2016 Semarang TV .
2.1.
Analisis Konteks
Analisis
yang pertama dalam berita di program Pawartos Jawi Tengahan, Semarang TV ialah
analisis wacana berupa konteks. Struktur internal dan eksternla dalam wacana
yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga wacana menjadi utuh dan
lengkap Konteks dalam analisis wacana adalah sebagai berikut :
a)
Konteks Linguistik , kalimat – kalimat
dalam pecakapan.
Di
dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa linguistik. Hal ini dapat
ditunjukkan dalam kutipan berikut:
” Para siswa nderek
lomba atletik ngantos lomba ingkang sifat-ipun edukatif.”
Terjemahan
“Para siswa mengikuti
lomba atletik hingga lomba yang bersifat edukatif”
Pada teks tersebut
terdapat konteks berupa linguistik yang mana teks tersebut menjelaskan
perlombaan yang atletik hingga bersifat edukatif. Kemudian terdapat teks yang
mengikuti teks berita tersebut, yakni
“Nglampah ngajeng
lan mundur nglangkungi balok kajeng
punika salah satunggalipun lomba atletik
ingkang kathah dipun remeni para siswa SLB, ……”
Terjemahan
“Berjalan ke depan dan ke
belakang melewati balok itu, salah satunya lomba atletik yang banyak
disukai para siswa SLB, …..”
Dari
teks tersebut dapat diketahui bahwa teks mengikuti teks . Sehingga dapat
dikatakan termasuk konteks berupa linguistik.
b)
Epistemis, latar belakang pengetahuan
pengetahuan yang sama – sama diketahui oeh partisipan.
Di dalam berita tersebut
akan ditunjukkan konteks berupa epistermis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam
kutipan berikut:
“Punika salah satunggaling saking saperangan lomba
ingkang dipunwontenaken sekolah luar biasa, SLB Ungaran kangge renggengaken dinten kamardikan Republik
Indonesia ingkang kaping pitung dasa setunggal.”
Terjemahan
“Itu salah satu dari beberapa lomba yang diadakan
sekolah luar biasa, SLB Ungaran untuk memperingati hari kemerdekaan Republik
Indonesia yang ke-71”
Dari
teks berita tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang pengetahuan dari
penutur dan mitra tuturnya ialah mereka sama – sama berasal dari Inonesia.
Karena memperingati HUT Republik Indonesia ke-71. Dalam rangak memepringati
hari kemerdekaan tersebut, SLB Ungaran juga mengadakan berbagai macam
perlombaan. Jadi latar belakang penutur dan mitra tutur yang dapat diambil
ialah dari latar belakang warga Indonesia.
c)
Fisik, meliputi tempat terjadinya
percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan , dan tindakan para
partisipan.
Di
dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa fisik topik. Hal ini dapat
ditunjukkan dalam kutipan berikut:
“Pamirsa sampun dadi tradisi kangge renggelaken hari ulang tahun Republik Indonesia kaping
pitung dasa setunggal dipun wontenaken saperangan lomba. Babagan punika ugi
dipun raosaken lare –lare sekolah luar biasa, SLB Ungaran Kabupaten Semarang”
Terjemahan
“Pemirsa, sudah menjadi tradisi untuk melaksanakan
hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke tujuh puluh satu yang dilaksanakan
berbagai lomba. Hal itu dirasakan juga oleh anak – anak sekolah luar biasa, SLB
Ungaran Kabupaten Semarang.”
Pada
teks tersebut, topik yang sedang diangkat ialah kegiatan lomba di SLB dalam
rangka memperingati HUT Republik Indonesia ke-71. Sudah sangat jelas sekali
dalam teks tersebut.
Di
dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa fisik pelaku/tokoh. Hal
ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:
Reporter : Lomba apa yang diikuti ?
Siswa : Meniti balok.
Reporter : Meniti balok, kesulitannya apa ?
Siswa : Jalan dibalok itu susah, Mbk.
Reporter : Jalan mundur ya ?
Guru : Karena ini untuk mencari bibit -
bibit kalau ada lomba porseni, akan diikutkan dilomba porseni. Masalahnya kadang kala dia untuk melatih keseimbangan itu
agak susah.
Dari teks dialog tersebut dapat diketahui bahwa, pelaku atau
tokoh dalam berita tersebut ialah reporter, siswa, dan guru. Hal ini dapat
diketahui melalui dialog tersebut, yang dilakukan oleh reporter kepada siswa
dan reporter kepada guru. Reporter di sini bertindak sebagai penutur, sedangkan
siswa dan guru sebagai mitra tutur, karena sebagai informan.
Di
dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa fisik tempat atau lokasi.
Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:
“Babagan punika ugi dipun raosaken lare –lare sekolah
luar biasa, SLB Ungaran Kabupaten Semarang.”
Terjemahan
“Hal itu dirasakan juga oleh anak – anak sekolah luar
biasa, SLB Ungaran Kabupaten Semarang.”
Pada teks tersebut telah menunjukkan suatu lokasi atau
tempat, yakni di sebuah sekolah luar biasa, SLB Ungaran. Serta lokasi tersebut
terdapat di Ungaran Kabupaten Semarang.
Di
dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa fisik waktu. Hal ini
dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:
“Pamirsa, sampun dadi tradisi kangge renggelaken hari ulang tahun Republik Indonesia kaping
pitung dasa setunggal dipun wontenaken saperangan lomba.”
Terjemahan
“Pemirsa, sudah menjadi tradisi untuk melaksanakan
hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke tujuh puluh satu yang dilaksanakan
berbagai lomba.”
Pada teks tersebut, sudah sangat jelas waktunya, yakni
sebelum pada tanggal 17 Agustus 2016, meskipun tahunnya tidak disebutkan dalam
teks, namun sudah terdapat teks yang menunjukkan tahunnya yakni kaping pitung dasa setunggal . sehingga
bisa dihitung kembali untuk menunjukkan tahun tersebut. Karena penayangan
berita tersebut sebelum tangal 17 Agustus 2016. Sehingga pencarian berita
(wawancara narasumber) bisa dipastiakan sebelum tanggal tersebut, karena berita
itu telah mengalami editing sebelum
ditayangkan.
Di
dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa fisik suasana. Hal ini
dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:
“Sinaosa mekaten para siswa katingal antusias nderek lomba -
lomba punika , para siswa ngaku bingah saged nderek renggengaken dinten kamardikan .”
Terjemahan
“Meskipun begitu para siswa terlihat antusias
mengikuti lomba – lomba tersebut, dalam rangka hari kemerdekaan para siswa
mengaku senang bisa mengikuti.”
Dari teks tersebut dapat terlihat bahwa suasana dalam
perlombaaan dalam rangka memperingati HUT Republik Indonesia ke-71 diikuti
siswa dengan antusias dan senang.
d)
Sosial, relasi rasio – kultral yang
melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan.
Di
dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa sosial. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan
berikut:
Reporter : Lomba apa yang diikuti ?
Siswa : Meniti balok.
Reporter : Meniti balok, kesulitannya apa ?
Siswa : Jalan dibalok itu susah, Mbk.
Reporter : Jalan mundur ya ?
Guru : Karena ini untuk mencari bibit -
bibit kalau ada lomba porseni, akan diikutkan dilomba porseni. Masalahnya kadang kala dia untuk melatih keseimbangan itu
agak susah.
Dari dialog berita tersebut dapat
diketahui bahwa relasi dari penutur dan mitra tuturnya ialah yang pertama
sebahgai reporter dan narasumber. Karena ada tujuan dibalik wawancara tersebut
yakni mendapatkan informasi di lokasi tersebut. Kemudian dari segi narasumber
dapat terlihat bahwa, narasumber masuk ke dalam dunia pendidikan, yakni ada guru dan siswa yang
didalamnya mereka sama – sama menjadi narasumber dalam berita.
2.2. Analisis Inferensi
Analisi wacana berikutnya ialah
inferensi yang mana berarti suatu proses yang harus dilakukan oleh komunikan
terhadap komunikator agar dapat memahami makna yang telah diungkapkan..
Analisinya sebagai berikut :
“Nglampah
ngajeng lan mundur nglangkungi balok
kajeng punika salah satunggalipun lomba atletik
ingkang kathah dipun remeni para siswa SLB, sinaosa katinggal gampil
dipunnindakaken, ananging kathah lare – lare ingkang kangelan kangge nglangkungi. Asring guru
sekolah kapeksa biyantu para siswa
kangge nglangkungi balok kajeng ngantos garis finish.”
Terjemahan
“Berjalan ke depan
dan ke belakang melewati balok itu, salah satunya lomba atletik yang banyak
disukai para siswa SLB,memang terlihat mudah ketika dilakukan, namun banyak
anak – anak yang kesulitan untuk melewati. Sehingga guru sekolah sering
terpaksa membantu para siswa untuk melewati balaok hingga garis finish.”
Dari koteks
tersebut dapat dianalisis wacana berupa inferensi yakni ketika para siswa
kesulitan meniti balok, guru membantu siswanya yang sedang kesusahan. Karena
siswanya ialah anak – anak yang berkebutuhan khusus. Ini terjadi ketika siswa
tersebut mengalami kesulitan. Dapat dikatakan guru tersebut sudah peka terhadap
siswanya yang sedang kesusahan. Meskipun dalam koteks tidak terlihat
kepekaannya, namun dalam tayangan berita juga terlihat guru yang sedang
membantu siswanya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa,
1.
Wacana merupakan suatu satuan bahasa yang
terlengkap atau terbesar yang bersifat koheren dan kehesif.
2.
Konteks merupakan struktur internal dan
eksternla dalam wacana yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga wacana
menjadi utuh dan lengkap.
3.
Menurut Imam Syafi’ie dalam Achmad dan
Alek (2012 : 147), konteks dalam analisis wacana dapat dibedakan menjadi,
a)
Konteks Linguistik , kalimat – kalimat
dalam pecakapan.
b)
Epistemis, latar belakang pengetahuan
pengetahuna yang sama – sama diketahui oeh partisipan.
c)
Fisik, meliputi tempat terjadinya
percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan , dan tindakan para
partisipan.
d)
Sosial, relasi rasio – kultral yang
melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan.
4.
Inferensi ialah suatu proses yang harus
dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator agar dapat memahami makna yang
telah diungkapkan.
5.
Berita tersebut menunjukkan bahwa jam tayang
pada program Pawartos Jawi Tengahan memiliki kepaduan antara masyarakat Jawa
tengah. Karena jam tayangnya ketika jam pulang kantor dan saat istirahat.
6.
Analisis wacana berupa konteks mempunyai
tujuan seperti agar mengetahui unsur – unsur ynag terdapat di dalam wacana.
7.
Analisis wacana berupa inferensi mempunyai
tujuan untuk melatih kepekaan dalam bertindak sesuatu terhadap lawan bicara.
Dengan memahami apa yang sedang dilakukan.
B.
Saran
Analisis wacana
diantaranya terdapat analisis konteks dan inferensi. Dimana analisis tersebut
mempunyai tujuan tersendiri dan saling berhubungan. Oleh karenanya sebagai
penulis/ penutur harus bisa merasakan sebagai pembaca/mitra tutur terlebih
dahulu serta harus mengetahui unsur- unsur pembentuk dari suatu wacana agar wacana
tersebut dapat tersampaikan dengan jelas informasinya. Ketika menganalisis juga
memahami konteks serta inferensi terlebih dahulu. Agar analisis tersebut dapat
padu dan bermanfaat.
C.
Review Penulis
Penulis membuat
kesimpulan dari beberapa definisi. Wacana merupakan suatu satuan bahasa yang
terlengkap atau terbesar yang bersifat koheren dan kehesif. Kemudian konteks
merupakan struktur internal dan eksternla dalam wacana yang saling berkaitan
satu sama lainnya sehingga wacana menjadi utuh dan lengkap. Sedangkan
pengertian inferensi ialah suatu proses yang harus dilakukan oleh komunikan
terhadap komunikator agar dapat memahami makna yang telah diungkapkan. Definisi
tersebut menurut dari penulis sendiri.
Dalam
analisis wacana konteks dan inferensi penulis juga mnegalami kesulitan
tersendiri, seperti contoh yang diberikan di kelas dengan tema yang diberikan
berbeda, dan lainnya. Meskipun begitu penulis dapat mempunyai pengalaman dalam
menganalisis serta memahami secara tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Morissan.
2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor
: Penerbit Ghalia
Indoneis
Morissan.
2008. Manajemen Media Penyiaran :
Strategi Mengelola Radio
& Televisi.
Jakarta : Kencana
Sumarlam,
dkk. 2008. Analisis Wacana. Surakarta
: Pustaka Cakra
Alex
Sobur. 2012. Analisis Teks Media : Suatu
Pengantar untuk Analisi
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis
Framing. Bandung :
PT.
Remaja Rosdakarya
Harimrti Kridalaksana. 2011. Kamus Linguistik : Edisi Revisi.
Jakarta : Gramedia
Achmad
dan Alek . 2012. Linguistik Umum.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Abdul
Chaer. 2012. Linguistik Umum : Edisi
Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Djatmika.
2014. Pernik Kajian Wacana.
Yogyakarta : Graha Ilmu
http://www.wikiwand.com/id/Cakra_Semarang_TV (diakses pada tanggal
17
November 2016 pukul 16. 00 WIB)
Lampiran
Penayangan
Hari, tanggal :
Senin, 15 Agustus 2016
Waktu :
17.30 – 18.00 WIB
Program :
Pawartos Jawi Tengah
Stasiun TV :
Semarang TV
Tema :
Pengetan HUT RI , Siswa SLB Tumut Lomba
Transkip Pawartos Jawi Tengah
Pengetan HUT RI , Siswa SLB Tumut Lomba
Presenter Rizki Amalia
Senin Pahing , 15 Agustus 2016
Presenter : Pamirsa
sampun dadi tradisi kangge renggelaken hari
ulang tahun Republik Indonesia kaping pitung dasa setunggal dipun
wontenaken saperangan lomba. Babagan punika ugi dipun raosaken lare –lare sekolah
luar biasa, SLB Ungaran Kabupaten Semarang. Para siswa nderek lomba atletik ngantos lomba ingkang sifat-ipun edukatif. Pamirsa pawartos kasebat mungkasi sesarengan kita wonten
ing adicara pawartos Jawi Tengah dalu punika kanthi asesanti Jaya Wijayanti aluri
budaya Jawi, mugi rahayu ingkang sami uga pinanggih matur nuwun, sugeng dalu.
Narator :
Punika salah satunggaling saking saperangan lomba ingkang dipunwontenaken
sekolah luar biasa, SLB Ungaran kangge
renggengaken dinten kamardikan Republik Indonesia ingkang kaping pitung dasa setunggal.
Nglampah ngajeng lan mundur nglangkungi
balok kajeng punika salah satunggalipun lomba atletik ingkang kathah dipun remeni para siswa SLB, sinaosa
katinggal gampil dipunnindakaken, ananging kathah lare – lare ingkang kangelan kangge nglangkungi. Asring guru
sekolah kapeksa biyantu para siswa
kangge nglangkungi balok kajeng ngantos garis finish. Sinaosa mekaten para siswa katingal antusias nderek lomba -
lomba punika , para siswa ngaku bingah saged nderek renggengaken dinten kamardikan .
Reporter :
Lomba apa yang diikuti ?
Siswa :
Meniti balok.
Reporter :
Meniti balok, kesulitannya apa ?
Siswa :
Jalan dibalok itu susah, Mbk.
Reporter :
Jalan mundur ya ?
Guru : Karena ini untuk mencari
bibit - bibit kalau ada lomba porseni, akan diikutkan dilomba porseni. Masalahnya
kadang kala dia untuk melatih
keseimbangan itu agak susah.
Agung Nugraha, Semarang TV.
0 comments:
Post a Comment