Analisis Konteks dan Inferensi



            BAB I
PENDAHULUAN

                     A.   Latar Belakang
Setiap hari sesorang akan melakukan interaksi sosial  kepada orang lain. Dalam interaksi tersebut tak lepas dengan sebuah komunikasi. Di dalam komunikasi itulah seseorang mengungkapkan ide, gagasan, dan lain sebagainya. Komunikasi tersebut mempunyai sarana berupa bahasa, yang mana bahasa tersebut sebagai salah satu kajian bidang linguistic. Bahasa tersebut dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan dalam bentuk bahasa tertulis.
Unsur kebahasaan salah satunya ialah wacana. Menurut Abdul Chaer, wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (2012 : 267). Sebagai satuan bahasa yang lengkap, berarti wacana tersebut mempunyai konsep, gagasan, dan lain sebagainya yang dipahami oleh seseorang. Sebagai satuan gramatikal yang tertinggi, dapat diartikan sebagai suatu bentuk dari kalimat – kalimat yang memenuhi suatu persyaratan. Dalam analisis wacana tersebut terdapat aspek – aspek dalam menganalisis. Konteks dan inferensi merupakan salah satu aspek pendukung dari analisis suatu wacana.
Analisis wacana merupakan salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai (Alex Sobur, 2012 : 68). Melalui analisis wacana tersebut dapat diketahui isi suatu berita serta pesan yang tersampaikan. Analisis wacana salah satunya mempunyai kelebihan tersendiri. Karena dapat diketahui kualitas dari segi suaranya, ekspresi, sikap tubuh dan lain sebagainya.
Salah satu analisis wacana lisan dapat dilihat dari tayangan TV, radio, serta bertatap muka langsung. Tayangan TV, sekarang ini tak bisa lepas juga dari kehidupan sehari – hari. Tak terkecuali tayanagan berita di TV. Dari situlah masyarakat menerima informasi dari berbagai kejadian – kejadian yang tak dapat dilihat atau diketahui sebelumnya. Menurut Morissan ( 2004 : 35) Program berita dapat menyajikan menu berita yang beragam, jadi harus ada percampuran yang tepat antara berbagai tipe atau jenis berita yang ingin ditayangkan.
Menurut Wikiwand dalam www.wikiwand.com, Cakra Semarang TV adalah sebuah stasiun TV swasta yang lebih dikenal oleh masyarakat Semarang dan Jawa Tengah sebagai Cakra TV. Saat ini televisi lokal yang berada di bawah manajemen PT. Mataram Cakrawala Televisi Indonesia ini memiliki jam siaran sebanyak 17 jam per hari mulai dari pukul 07:00 sampai 23:00 WIB serta bersiaran di channel baru yaitu 53 UHF. Pada awal mengudara ada pada channel 45 UHF yang sekarang digunakan untuk siaran Pro TV (sekarang iNews TV Semarang). Isi program siaran berfokus pada kultur budaya lokal yang ada di Jawa Tengah. Stasiun televisi ini merupakan anggota jaringan Indonesia Network. Semarang TV salah satu TV swasta di Indonesia yang menayangkan program berita berbahasa Jawa. Oleh karena itu, penulis akan menganalis konteks dan inferensi pada Pawartos Jawi Tengah segment 7,  15 Agustus 2016 Semarang TV.

                       B.    Rumusan Masalah

             1.      Bagaimanakah analisis konteks pada pawartos jawi tengah segment 7,  15 Agustus 2016 Semarang TV ?
             2.      Bagaimanakah analisis inferensi pada pawartos jawi tengah segment 7, 15 Agustus 2016 Semarang TV ?

                       C.   Tujuan

            1.      Mengetahui konteks pada pawartos jawi tengah segment 7, 15 Agustus 2016 Semarang TV .
            2.      Mengetahui inferensi pada pawartos jawi tengah segment 7, 15 Agustus 2016 Semarang TV .
           


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Kajian Teori

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis yang terlihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dandari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu (Sumarlam, 2008 : 15). Sementara itu menurut Abdul Chaer, wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (2012 : 267). Senada dengan Abdul Chaer, wacana adalah satuan bahasa terlengkap, yang dalam hierarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar (Achmad dan Alek, 2012 : 149).  Berbeda lagi dengan Djatmika, wacana oleh para analis wacana dikatakan sebagai sebuah bentuk penggunaan bahasa (2014 : 2). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan, wacana merupakan suatu satuan bahasa yang terlengkap atau terbesar yang bersifat koheren dan kehesif.

Konteks wacana adalah aspek – aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana (Sumarlam, 2008 : 47). Menurut Kridalaksana, wacana adalah aspek – aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait – mengait dengan ujaran tertentu serta pengetahuan yang sama – sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara (2011 : 134). Berbeda lagi dengan pendapat Sumarlam, menurut Achmad dan Alek, konteks adalah situasi atau latar belakang  terjadinya suatu komunikasi (2012 : 149).  Dari beberapa pengertian konteks, dapat ditarik kesimpulan, konteks merupakan struktur internal dan eksternla dalam wacana yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga wacana menjadi utuh dan lengkap.
Menurut Imam Syafi’ie dalam Achmad dan Alek (2012 : 147), konteks dalam analisis wacana dapat dibedakan menjadi,
1.                  Konteks Linguistik , kalimat – kalimat dalam pecakapan
2.                  Epistemis, latar belakang pengetahuan pengetahuna yang sama – sama diketahui oeh partisipan
3.                  Fisik, meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan , dan tindakan para partisipan
4.                  Sosial, relasi rasio – kultral yang melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan
Menurut Sumarlam  (2008 : 47) dalam memeahami sebuah konteks wavana dapat dilakukan berbagai prinsip penafsiran dan analogi seperti prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, prinsip penafsiran temporal, dan prinsip analogi. Prinsip tersebut juga mempertimbangkan factor seperti, factor sosial, situasional, kultural, dan pengetahuan tentang dunia.
            Inferensi adalah proses yang harus dilakukan oleh komunikan (pembaca/ pendengar/ mitra tutur) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yng diungkapkan oleh komunikator (pembicara/ penulis/ penutur). Atau dengan kata lain, inferensi adalah proses memahami makna tuturan sedemikina rupa sehingga sampai pada penyimpulan maksud  penutur (Sumarlam, 2008 : 51). Sementara itu menurut Achmad dan Alek (2012 : 150), inferensi adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, inferensi ialah suatu proses yang harus dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator agar dapat memahami makna yang telah diungkapkan. Oleh karena itu, untuk dapat mengambil inferensi dengan baik maka komunikan harus memahami konteks dengan baik karena konteks merupakan dasar bagi inferensi.
           
B.    Pembahasan

Pada bagian pembahasan akan membahas tentang penerapan analisis wacana yang telah dijabarkan dalam meakukan analisis kontkes dan inferensi pada Pawartos Jawi Tengah segment 7, 15 Agustus 2016 Semarang TV .
2.1. Analisis Konteks
Analisis yang pertama dalam berita di program Pawartos Jawi Tengahan, Semarang TV ialah analisis wacana berupa konteks. Struktur internal dan eksternla dalam wacana yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga wacana menjadi utuh dan lengkap Konteks dalam analisis wacana adalah sebagai berikut :
a)      Konteks Linguistik , kalimat – kalimat dalam pecakapan.

Di dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa linguistik. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:

Para siswa nderek lomba atletik ngantos lomba ingkang sifat-ipun edukatif.”
Terjemahan
“Para siswa mengikuti lomba atletik hingga lomba yang bersifat edukatif”

Pada teks tersebut terdapat konteks berupa linguistik yang mana teks tersebut menjelaskan perlombaan yang atletik hingga bersifat edukatif. Kemudian terdapat teks yang mengikuti teks berita tersebut, yakni

“Nglampah ngajeng lan  mundur nglangkungi balok kajeng punika salah satunggalipun lomba atletik ingkang kathah dipun remeni para siswa SLB, ……”
Terjemahan
“Berjalan ke depan dan ke belakang  melewati balok  itu, salah satunya lomba atletik yang banyak disukai para siswa SLB, …..”

           Dari teks tersebut dapat diketahui bahwa teks mengikuti teks . Sehingga dapat dikatakan termasuk konteks berupa linguistik.

b)      Epistemis, latar belakang pengetahuan pengetahuan yang sama – sama diketahui oeh partisipan.

Di dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa epistermis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:

Punika salah satunggaling saking saperangan lomba ingkang dipunwontenaken sekolah luar biasa, SLB Ungaran  kangge renggengaken dinten kamardikan Republik Indonesia ingkang kaping pitung dasa setunggal.”
Terjemahan
“Itu salah satu dari beberapa lomba yang diadakan sekolah luar biasa, SLB Ungaran untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71”

Dari teks berita tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang pengetahuan dari penutur dan mitra tuturnya ialah mereka sama – sama berasal dari Inonesia. Karena memperingati HUT Republik Indonesia ke-71. Dalam rangak memepringati hari kemerdekaan tersebut, SLB Ungaran juga mengadakan berbagai macam perlombaan. Jadi latar belakang penutur dan mitra tutur yang dapat diambil ialah dari latar belakang warga Indonesia.

c)      Fisik, meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan , dan tindakan para partisipan.

Di dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa fisik topik. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:

Pamirsa sampun dadi tradisi kangge renggelaken hari ulang tahun Republik Indonesia kaping pitung dasa setunggal dipun wontenaken saperangan lomba. Babagan punika ugi dipun raosaken lare –lare sekolah luar biasa, SLB Ungaran Kabupaten Semarang”
Terjemahan
“Pemirsa, sudah menjadi tradisi untuk melaksanakan hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke tujuh puluh satu yang dilaksanakan berbagai lomba. Hal itu dirasakan juga oleh anak – anak sekolah luar biasa, SLB Ungaran Kabupaten Semarang.”

Pada teks tersebut, topik yang sedang diangkat ialah kegiatan lomba di SLB dalam rangka memperingati HUT Republik Indonesia ke-71. Sudah sangat jelas sekali dalam teks tersebut.

Di dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa fisik pelaku/tokoh. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:

Reporter      : Lomba apa yang diikuti ?
Siswa          : Meniti balok.
Reporter      : Meniti balok, kesulitannya apa ?
Siswa          : Jalan dibalok itu susah, Mbk.
Reporter      : Jalan mundur ya ?
Guru           : Karena ini untuk mencari bibit - bibit kalau ada lomba porseni, akan diikutkan dilomba porseni. Masalahnya  kadang kala dia untuk melatih keseimbangan itu agak susah.
         Dari teks dialog tersebut dapat diketahui bahwa, pelaku atau tokoh dalam berita tersebut ialah reporter, siswa, dan guru. Hal ini dapat diketahui melalui dialog tersebut, yang dilakukan oleh reporter kepada siswa dan reporter kepada guru. Reporter di sini bertindak sebagai penutur, sedangkan siswa dan guru sebagai mitra tutur, karena sebagai informan.

Di dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa fisik tempat atau lokasi. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:

Babagan punika ugi dipun raosaken lare –lare sekolah luar biasa, SLB Ungaran Kabupaten Semarang.”
Terjemahan
“Hal itu dirasakan juga oleh anak – anak sekolah luar biasa, SLB Ungaran Kabupaten Semarang.”

Pada teks tersebut telah menunjukkan suatu lokasi atau tempat, yakni di sebuah sekolah luar biasa, SLB Ungaran. Serta lokasi tersebut terdapat di Ungaran Kabupaten Semarang.

Di dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa fisik waktu. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:

Pamirsa, sampun dadi tradisi kangge renggelaken hari ulang tahun Republik Indonesia kaping pitung dasa setunggal dipun wontenaken saperangan lomba.”
Terjemahan
“Pemirsa, sudah menjadi tradisi untuk melaksanakan hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke tujuh puluh satu yang dilaksanakan berbagai lomba.”

Pada teks tersebut, sudah sangat jelas waktunya, yakni sebelum pada tanggal 17 Agustus 2016, meskipun tahunnya tidak disebutkan dalam teks, namun sudah terdapat teks yang menunjukkan tahunnya yakni kaping pitung dasa setunggal . sehingga bisa dihitung kembali untuk menunjukkan tahun tersebut. Karena penayangan berita tersebut sebelum tangal 17 Agustus 2016. Sehingga pencarian berita (wawancara narasumber) bisa dipastiakan sebelum tanggal tersebut, karena berita itu telah mengalami editing sebelum ditayangkan.

Di dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa fisik suasana. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:

Sinaosa mekaten para siswa katingal antusias nderek  lomba  - lomba punika , para siswa ngaku bingah saged nderek  renggengaken dinten  kamardikan .”
Terjemahan
“Meskipun begitu para siswa terlihat antusias mengikuti lomba – lomba tersebut, dalam rangka hari kemerdekaan para siswa mengaku senang bisa mengikuti.”

Dari teks tersebut dapat terlihat bahwa suasana dalam perlombaaan dalam rangka memperingati HUT Republik Indonesia ke-71 diikuti siswa dengan antusias dan senang.

d)      Sosial, relasi rasio – kultral yang melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan.

Di dalam berita tersebut akan ditunjukkan konteks berupa sosial.  Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:

Reporter      : Lomba apa yang diikuti ?
Siswa          : Meniti balok.
Reporter      : Meniti balok, kesulitannya apa ?
Siswa          : Jalan dibalok itu susah, Mbk.
Reporter      : Jalan mundur ya ?
Guru           : Karena ini untuk mencari bibit - bibit kalau ada lomba porseni, akan diikutkan dilomba porseni. Masalahnya  kadang kala dia untuk melatih keseimbangan itu agak susah.
Dari dialog berita tersebut dapat diketahui bahwa relasi dari penutur dan mitra tuturnya ialah yang pertama sebahgai reporter dan narasumber. Karena ada tujuan dibalik wawancara tersebut yakni mendapatkan informasi di lokasi tersebut. Kemudian dari segi narasumber dapat terlihat bahwa, narasumber masuk ke dalam dunia  pendidikan, yakni ada guru dan siswa yang didalamnya mereka sama – sama menjadi narasumber dalam berita.

2.2. Analisis Inferensi
Analisi wacana berikutnya ialah inferensi yang mana berarti suatu proses yang harus dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator agar dapat memahami makna yang telah diungkapkan.. Analisinya sebagai berikut :

Nglampah ngajeng lan  mundur nglangkungi balok kajeng punika salah satunggalipun lomba atletik ingkang kathah dipun remeni para siswa SLB, sinaosa katinggal gampil dipunnindakaken, ananging kathah lare – lare ingkang  kangelan kangge nglangkungi. Asring guru sekolah kapeksa biyantu para siswa  kangge nglangkungi balok kajeng ngantos garis finish.”
Terjemahan
“Berjalan ke depan dan ke belakang  melewati balok  itu, salah satunya lomba atletik yang banyak disukai para siswa SLB,memang terlihat mudah ketika dilakukan, namun banyak anak – anak yang kesulitan untuk melewati. Sehingga guru sekolah sering terpaksa membantu para siswa untuk melewati balaok hingga garis finish.”

Dari koteks tersebut dapat dianalisis wacana berupa inferensi yakni ketika para siswa kesulitan meniti balok, guru membantu siswanya yang sedang kesusahan. Karena siswanya ialah anak – anak yang berkebutuhan khusus. Ini terjadi ketika siswa tersebut mengalami kesulitan. Dapat dikatakan guru tersebut sudah peka terhadap siswanya yang sedang kesusahan. Meskipun dalam koteks tidak terlihat kepekaannya, namun dalam tayangan berita juga terlihat guru yang sedang membantu siswanya.


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa,
1.               Wacana merupakan suatu satuan bahasa yang terlengkap atau terbesar yang bersifat koheren dan kehesif.
2.               Konteks merupakan struktur internal dan eksternla dalam wacana yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga wacana menjadi utuh dan lengkap.
3.               Menurut Imam Syafi’ie dalam Achmad dan Alek (2012 : 147), konteks dalam analisis wacana dapat dibedakan menjadi,
a)      Konteks Linguistik , kalimat – kalimat dalam pecakapan.
b)      Epistemis, latar belakang pengetahuan pengetahuna yang sama – sama diketahui oeh partisipan.
c)      Fisik, meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan , dan tindakan para partisipan.
d)      Sosial, relasi rasio – kultral yang melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan.
4.               Inferensi ialah suatu proses yang harus dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator agar dapat memahami makna yang telah diungkapkan.
5.               Berita tersebut menunjukkan bahwa jam tayang pada program Pawartos Jawi Tengahan memiliki kepaduan antara masyarakat Jawa tengah. Karena jam tayangnya ketika jam pulang kantor dan saat istirahat.
6.               Analisis wacana berupa konteks mempunyai tujuan seperti agar mengetahui unsur – unsur ynag terdapat di dalam wacana.
7.               Analisis wacana berupa inferensi mempunyai tujuan untuk melatih kepekaan dalam bertindak sesuatu terhadap lawan bicara. Dengan memahami apa yang sedang dilakukan.

B.    Saran
   Analisis wacana diantaranya terdapat analisis konteks dan inferensi. Dimana analisis tersebut mempunyai tujuan tersendiri dan saling berhubungan. Oleh karenanya sebagai penulis/ penutur harus bisa merasakan sebagai pembaca/mitra tutur terlebih dahulu serta harus mengetahui unsur- unsur pembentuk dari suatu wacana agar wacana tersebut dapat tersampaikan dengan jelas informasinya. Ketika menganalisis juga memahami konteks serta inferensi terlebih dahulu. Agar analisis tersebut dapat padu dan bermanfaat.

          C.   Review Penulis
          Penulis membuat kesimpulan dari beberapa definisi. Wacana merupakan suatu satuan bahasa yang terlengkap atau terbesar yang bersifat koheren dan kehesif. Kemudian konteks merupakan struktur internal dan eksternla dalam wacana yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga wacana menjadi utuh dan lengkap. Sedangkan pengertian inferensi ialah suatu proses yang harus dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator agar dapat memahami makna yang telah diungkapkan. Definisi tersebut menurut dari penulis sendiri.
            Dalam analisis wacana konteks dan inferensi penulis juga mnegalami kesulitan tersendiri, seperti contoh yang diberikan di kelas dengan tema yang diberikan berbeda, dan lainnya. Meskipun begitu penulis dapat mempunyai pengalaman dalam menganalisis serta memahami secara tidak langsung.


DAFTAR PUSTAKA

            Morissan. 2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor : Penerbit Ghalia
 Indoneis
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio
 & Televisi. Jakarta : Kencana
Sumarlam, dkk. 2008. Analisis Wacana. Surakarta : Pustaka Cakra
Alex Sobur. 2012. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisi
 Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
            Harimrti Kridalaksana. 2011. Kamus Linguistik : Edisi Revisi.
Jakarta : Gramedia
            Achmad dan Alek . 2012. Linguistik Umum. Jakarta : Penerbit Erlangga
Abdul Chaer. 2012. Linguistik Umum : Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Djatmika. 2014. Pernik Kajian Wacana. Yogyakarta : Graha Ilmu
            17 November 2016 pukul 16. 00 WIB)




Lampiran

Penayangan
Hari, tanggal   : Senin, 15 Agustus 2016
Waktu             : 17.30 – 18.00 WIB
Program           : Pawartos Jawi Tengah
Stasiun TV      : Semarang TV
Tema               : Pengetan HUT RI , Siswa SLB Tumut Lomba

Transkip Pawartos Jawi Tengah
Pengetan HUT RI , Siswa SLB Tumut Lomba
Presenter Rizki Amalia
Senin Pahing , 15 Agustus 2016
Presenter     :   Pamirsa sampun dadi tradisi kangge renggelaken hari ulang tahun Republik Indonesia kaping pitung dasa setunggal dipun wontenaken saperangan lomba. Babagan punika ugi dipun raosaken lare –lare sekolah luar biasa, SLB Ungaran Kabupaten Semarang. Para siswa nderek lomba atletik ngantos lomba ingkang sifat-ipun edukatif. Pamirsa pawartos kasebat mungkasi sesarengan kita wonten ing  adicara pawartos Jawi Tengah  dalu punika kanthi asesanti Jaya Wijayanti aluri budaya Jawi, mugi rahayu ingkang sami uga pinanggih matur nuwun, sugeng dalu.

Narator      :   Punika salah satunggaling saking saperangan lomba ingkang dipunwontenaken sekolah luar biasa, SLB Ungaran  kangge renggengaken dinten kamardikan Republik Indonesia ingkang kaping pitung dasa setunggal. Nglampah ngajeng lan  mundur nglangkungi balok kajeng punika salah satunggalipun lomba atletik ingkang kathah dipun remeni para siswa SLB, sinaosa katinggal gampil dipunnindakaken, ananging kathah lare – lare ingkang  kangelan kangge nglangkungi. Asring guru sekolah kapeksa biyantu para siswa  kangge nglangkungi balok kajeng ngantos garis finish. Sinaosa mekaten para siswa katingal antusias nderek  lomba  - lomba punika , para siswa ngaku bingah saged nderek  renggengaken dinten  kamardikan .

Reporter          : Lomba apa yang diikuti ?
Siswa               : Meniti balok.
Reporter          : Meniti balok, kesulitannya apa ?
Siswa               : Jalan dibalok itu susah, Mbk.
Reporter          : Jalan mundur ya ?
Guru                   : Karena ini untuk mencari bibit - bibit kalau ada lomba porseni, akan diikutkan dilomba porseni. Masalahnya  kadang kala dia untuk melatih keseimbangan itu agak susah.
Agung Nugraha, Semarang TV.


Share on Google Plus

About ngudarasaning rembulan

0 comments:

Post a Comment