Tiap Kayuhan


Matahari semakin memancarkan teriknya. Tak tahu harus bersembunyi darinya atau tetap menghantamnya. Namun sang pandu terus menghantam hingga panas menjadi dingin dan segar. setelah terik matahari menghitamkan kulitnya. Awanpun berniat membasahi tubuhnya. Rintihan hujanpun datang dengan sendirinya.

Perjalanan pencarian jejak tetap berlangsung, tak mengenal panas maupun mendengar rintihan hujan. Sepeda tetap terkayuh dan mengayuh. Semakin dalam pencarian jejak. Pertengahan perjalanan, kayuhan itu tiba - tiba berhenti dengan terpaksa. Lingkaran karet itu seakan tak mau mengalah untuk mengajak bermalas - malasan. Ada lubang kecil dalam lingkaran karet itu. perjalananpun harus berhenti sejenak. Beberapa menit telah disulap kembali hingga lubangnya tertutup, tak ada alasan lagi untuk menghentikan perjalanan.

Seakan tak mau berhenti, hujan terus merintih. Perjalanan tetap berlanjut. Apakah hari itu tidak direstui atau tidak. Perjalanan penuh dengan rintangan. Kayuhan sepeda itu seakan ingin mengalahkan perjalanan. Rusak dan tak mau mengerti. Kini harus dibawa kembali kebengkel. Satu kilo perjalanan telah berlalu, Namun tak kunjung menemukannya. Terpaksa menuntun lagi dan lagi. Hujan juga tak mau mengalah padanya.

Bertanya kesana - kemari juga tak kunjung menemukan sebuah bengkel. Beberapa kilo telah terlewat dengan sepatu yang semakin menipis. Ketika harapan itu hampir putus. Tuhan memberikan pelitannya. Seseorang menghampiri dan memberikan belas kasihnya. Daintarnya sepeda itu menuju bengkel yang sebenarnya sudah tutup. Akhirnya sepeda itu bisa terkayuh kembali. 

Pelajaran dan perjalanan yang sangat berharga. Ketika seseorang mulai kehilangan harapan, percayalah Tuhan akan memberikan bantuannya.
Share on Google Plus

About ngudarasaning rembulan

0 comments:

Post a Comment