ANALISIS
ASPEK KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL DALAM WACANA CARITA CEKAK PANJEBAR
SEMANGAT EDISI FEBRUARI 2016
1.
Pendahuluan
Pada
dasarnya manusia berinteraksi dengan cara berkomunukasi. Komunikasi merupakan
suatu interaksi antara penutur dan mitra tutur untuk mencapai tujuan tertentu.
Kommunikasi itu sendiri dibagi menjadi dua jenis yakni komunkasi verbal dan
nonverbal. Setiap jenis komunikasi tersebut mempunyai sarana tersendiri, yakni
wacana lisan ataupun tulis. Wacana adalah salah satu unsur bahasa dalam bidang
kebahasaan. Menurut Tarigan, wacana merupakan satuan bahasa dan tertinggi atau
terbear diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang
berkesinambungan yang mempunyai awl dan akhir nyata disampaiakn secara
tertulis(2003:56).
Suatu
wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu dibangun oleh
komponen-komponen yang terjalin dalam sebuah organisasi kewacanaan .Organisasi
itulah yg disebut struktur wacana. Struktur wacanadapat diurai
bagian-bagiannya. Mengandung aspek-aspek yg menyatu dan terpadu atau saling
berhubungan. Hubungan antarbagian wacana dibedakan menjadi 2, yaitu kohesi dan
koherensi.Wacana yang jika dilihat dari hubungan bentuk atau struktur lahir
bersifat kohesif. Jika dilihat dari segi hubungan makna bersifat koheren.
2.
Pembahasan
2.1..
Aspek kohesi:
2.1.1.
Kohesi gramatikal
a.
Pengacuan: anaforis dan kataforis, pronomina persona III tunggal.
Di
dalam tuturan terdapat pengacuan endofora bersifat anaforisdan kataforis,
diwujudkan dalam pronomina persona III tunggal . Hal ini dapat ditunjukkan
dalam kitipan berikut:
l Data
1 paragraf 14 kalmat 1 (Carita Cekak Tatto Kembang Mawar dening Budi Utomo
Panjebar semangat No. 8 - 20 februari 2016)
“Netepi
jejibahane minangka pangarsa sing kudu ngreksa
katrenteman desane, Lurah Ningrum gage nyengklak
pit motore sing isih dijagang ana ngarep omah
wiwit mau sore.”
Terjemahan
“Kuatir
dengan keadaan yang membuat ketrentaman desanya hilang, Lurah Ningrum langsung
menstrater sepeda motornya yang masih terstandart di depan rumah sejak
sore tadi.”
Pada
data (1) Pronomina persona III tunggal bentuk terikat dengan sifat
anaforis, “jejibahane, desane”
mengacu pada unsur yang berada di dalam teks, yaitu Lurah Ningrum, sedangkan
“motore” termasuk persona III tunggal bentuk terikat yang bersifat kataforis
karena mengikuti acuannya.,
b.
Substitusi : frasa
Di dalam tuturan terdapat penggantian satuan
lingua substitusi frasa. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:
l Data
2 paragraf 30 kalmat 1 (Carita Cekak Tatto Kembang Mawar dening Budi Utomo
Panjebar semangat No. 8 - 20 februari 2016)
“Ing
seselane kamisesegen, Ningrum gumremeng, “ Asih, aku matur nuwun marang kowe
dene wis merjaya Prasetyo, wong lanang sing
dhadhane ditato kembang mawar.”
Terjemahan
“Disela-sela
nafasnya, Ningrum membatin, “Asih aku berterimakasih kepadamu karena telah
membunuh Prasetyo, laki-laki yang dadanya bertato bunga mawar.”
Pada
data (2) terdapat penggantian satuan lingua substitusi frasa,”wong lanang
“, mengacu pada unsur yang berada di dalam teks, yakni Prasetyo
c.
Elipsis : kata
Di dalam tuturan terdapat satuan lingual
yang dapat dilesapkan yakni Ningrum. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan
berikut:
l Data
3 paragraf 9 kalimat 3 (Carita Cekak Tatto Kembang Mawar dening Budi Utomo
Panjebar semangat No. 8 - 20 februari 2016)
“Ewasemeana Ningrum isih ketungkul ing
meja kerjane ngrampungake pagawean. Ø Neken berkas-berkas wigati sing ana
gegayutane klawan program desa. Dheweke Ø lagi menyat saka kursine bareng Ø
krungu lawang dithothog sora.”
Terjemahan
“Beberapa saat kemudian Ningrum masih
sibuk di meja kerjanya menyelesaikan pekerjaannya. Melihat berkas-berkas yang
berhubungan dengan program desa. Ia sedang berpindah dari kursinya ketika ada
suara pintu yang sedang ditotog dengan keras.”
Pada
data (3) terdapat tuan lingual yang dapat dilesapkan berupa kata, mengacu pada
unsur yang berada di dalam teks, yakni Ningrum.
d.
Konjungsi:sebagai fungsi sebab- akibat (Kausalitas)
Di dalam tuturan terdapat satuan lingual
yang menghubungkan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain yakni nanging.
Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:
l Data
4 paragraf 9 kalmat 3 (Carita Cekak Tatto Kembang Mawar dening Budi Utomo
Panjebar semangat No. 8 - 20 februari 2016)
“Nadyan
nganti saiki Ningrum durung winengku priya, nanging tetep
ora ana sing wani nembung. “
Terjemahan
“Hingga sampai sekarang ini Ningrum belum
dekat dengan laki-laki, akan tetapi tidak ada yang berani melamar.”
Pada data (4) terdapat tatuan lingual yang
menghubungkan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain yakni nanging,
mengacu pada unsur yang berada di dalam teks, sebagai fungsi sebab- akibat
(Kausalitas). Sebabnya Ningrum belum dekat dengan laki-laki dan dai udah mapan,
akibtanya banyak laki-laki yang tidak berani melamarnya.
2.1.2.
Kohesi leksikal
a. Repetisi
: epizeuksis
Di
dalam tuturan terdapat pengulangan satuan lingual (kata) yang dipentingkan
yakni gemeter. Hal ini dapat
ditunjukkan dalam kutipan berikut:
l Data
4 paragraf 26 kalmat 1 (Carita Cekak Tatto Kembang Mawar dening Budi Utomo
Panjebar semangat No. 8 - 20 februari 2016)
“Ningrum
nguwuh sora. Awake dadi gemeter. Gemeter ora sebeb meruhi tatu mimis sing isih ndlewer
gethih kuwi, nanging jalaran sumurup tato kembang mawar ing dhadha sisih
tengene priya tanpa nyawa iku. Ningrum babar pisan ora pangling karo tato kuwi.
Dadakan pandulure klemun – klemun, sirahe nggliyeng. Sikile gemeter.”
Terjemahan
“
Ningrum tidak bersuara. Tubuhnya menjadi gemetar. Gemetar tanpa sebab melihat
tato yang tertembak dengan darah yang mengalir itu, namun karena tahu tato
bunga mawar a di dada sebelah kanan yang telah mati itu. Ningrum tidak pangling dengan tato itu. Secara tiba-tiba ubun-ubunnya
berputar-putar, kepalanya pusing. Kakinya gemetar.”
Pada data (4) terdapat di dalam tuturan
terdapat pengulangan satuan lingual (kata) yang dipentingkan yakni gemeter. Karena pengulangan tersebut beberapa
kali secara berturut-turut dalam sebuah wacana
b.Sinonimi
: morfem bebas dengan morfem terikat
Di dalam tuturan terdapat padan kata
satuan lingual berupa kata dengan morfem terikat, yakni-e (dheweke). Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan
berikut:
l Data
4 paragraf 9 kalimat 3 (Carita Cekak Tatto Kembang Mawar dening Budi Utomo
Panjebar semangat No. 8 - 20 februari 2016)
“Ewasemeana
Ningrum isih ketungkul ing meja kerjane ngrampungake pagawean.”
Terjemahan
“Beberapa
saat kemudian Ningrum masih sibuk di meja kerjanya menyelesaikan pekerjaannya.”
Pada data (4) terdapat padan kata satuan
lingual berupa kata dengan morfem terikat yakni -e (dheweke). Karena terdapat aspek
leksikal pendukung kepaduan wacana , berfungsi menjalin hubungan makna yang
sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana,
hubungan tersebut adalh antara Nngrum dengan meja kerjane , yang mana kerjane
disini berarti kepemilikan dari Ningrum.
c. Antonimi
Di dalam tuturan terdapat satuan lingual
yang maknanya berlawanan yakni tertinggal dan maju. Hal ini dapat ditunjukkan
dalam kutipan berikut:
l Data
4 paragraf 1 kalmat 2 (Carita Cekak Tatto Kembang Mawar dening Budi Utomo
Panjebar semangat No. 8 - 20 februari 2016)
“Desa
kang biyen antuk sesebutan ‘tertinggal’ iku
saiki wis maju, kepara nyalip desa- desa liyane.
“
Terjemahan
“Desa
yang dulunya dianggap tertinggal itu sekarang sudah maju, hampir nyalip desa lainnya.”
Pada
data (4) terdapat satuan lingual yang maknanya berlawanan yakni tertinggal dan
maju. Karena terdapat satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan
satuan lingual yang lain, dalam data tersebut bersiafat oposisi mutlak (pertentangan
makna secara mutlak), bisa diketahui dengan kata ‘tetinggal’ yang bertentangan
dengan kata ‘maju’
d.
Kolokasi
Di dalam tuturan terdapat penggunaan
pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan, yakni mencririkan
bentuk fisik seseorang. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:
l Data
4 paragraf 2 kalmat 1 (Carita Cekak Tatto Kembang Mawar dening Budi Utomo
Panjebar semangat No. 8 - 20 februari 2016)
“Umure
ngancik patang puluh, ewasemana ayune prasasat ora
luntur. Ajeg kaya nalika ana kuliyah ing Semarang biyen. Pakulitane resik kuning nemu giring. “
Terjemahan
“Umurnya
sudah empat puluh tahun, meskipun begitu kecantikannya tidak luntur. Masih
tetap seperti dulu ketika berkulaih di Semarang. Kulitnya kuning bersih.”
Pada data (4) terdapat penggunaan
pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan, yakni seperti ayune prasasat ora luntur, Pakulitane resik
kuning nemu giring. Karena dari kalimat tersebut menandakan adanya pilihan
kata yang berdampingan anatar kalmat satu dengan lainyya yakni mencirikan sesok
wanita yang sudah berumur namun masih tetap cantik yang dilihat dari bentuk
fisiknya.
e.
Hiponimi
Di dalam tuturan terdapat terdapat satuan
bahasa (kata, frasa, kalimat), yang maknanya dianggap merupakan bagian dari
makna satuan lingual yang lain, yakni meja
kerjane. Hal ini dapat ditunjukkan
dalam kutipan berikut:
l Data
4 paragraf 26 kalmat 1 (Carita Cekak Tatto Kembang Mawar dening Budi Utomo
Panjebar semangat No. 8 - 20 februari 2016)
“Ewasemeana
Ningrum isih ketungkul ing meja kerjane
ngrampungake pagawean.”
Terjemahan
“Beberapa
saat kemudian Ningrum masih sibuk di meja kerjanya menyelesaikan pekerjaannya.”
Pada
data (4) terdapat satuan bahasa (kata, frasa, kalimat), yang maknanya dianggap
merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain yang berfungsi sebagai mengikat
hubungan antarunsur atau antarsatuan lingual dalam wacana secara semantis.
Seperti pada frasa meja kerjane, pada
hal ini terdapat komponen-komponen pendukung di dalamnya. Misal seperti
komputer, alat tulis, dan sebagainya yang terhubung dalam satu frasa tidak
perlu disebutkan semuanya.
f. Ekuivalensi
Di dalam tuturan terdapat kesepadanan
antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah
paradigma, yakni kemajuane dan maju .
Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:
l Data
4 paragraf 1 kalmat 1 (Carita Cekak Tatto Kembang Mawar dening Budi Utomo
Panjebar semangat No. 8 - 20 februari 2016)
“Durung
genep limang taun dadi lurah, Ningrum wis ngatonanke minangka pemimipin sing
bisa gawe kemajuane desa. Desa kang biyen antuk
sesebutan ‘tertinggal’ iku saiki wis maju,
kepara nyalip desa- desa liyane”
Terjemahan
“Belum
genap lima tahun menjabat sebagal Lurah, Ningrum sudah memperlihatkan ketika
menjadi pemimpin bisa membuat kemajuan desanya. Desa yang dulunya dianggap
tertinggal itu sekarang sudah maju, hampir nyalip
desa lainnya.”
Pada data (4) terdapat kesepadanan
antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah
paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata hasil proses afiksasi dari morfem asal
yang sama menunjukkan adanya hubungan kesepadanan. Terlihat dari kata kemajuane dan maju. Kedua kata tersebut
saling berhubungan dan bersal dari akar katanya ialah sama.
2.2
Simpulan
Dari pembahasan di atas
dapat disimpulkan :
1.
Dasarnya manusia
berinteraksi dengan cara berkomunukasi.
2.
Komunikasi merupakan
suatu interaksi antara penutur dan mitra tutur untuk mencapai tujuan tertentu.
3.
Kommunikasi itu sendiri
dibagi menjadi dua jenis yakni komunkasi verbal dan nonverbal.
4.
Setiap jenis komunikasi
tersebut mempunyai sarana tersendiri, yakni wacana lisan ataupun tulis.
5.
Wacana adalah salah satu
unsur bahasa dalam bidang kebahasaan
6.
Suatu wacana dituntut
memiliki keutuhan struktur.
7.
Keutuhan itu dibangun
oleh komponen-komponen yang terjalin dalam sebuah organisasi kewacanaan .
8.
Organisasi itulah yg
disebut struktur wacana.
9.
Struktur wacanadapat
diurai bagian-bagiannya.
10.
Mengandung aspek-aspek yg
menyatu dan terpadu atau saling berhubungan.
11.
Hubungan antarbagian
wacana dibedakan menjadi 2, yaitu kohesi dan koherensi
3. Penutup
Suatu
wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu dibangun oleh
komponen-komponen yang terjalin dalam sebuah organisasi kewacanaan .Organisasi
itulah yg disebut struktur wacana. Struktur wacanadapat diurai bagian-bagiannya.
Mengandung aspek-aspek yg menyatu dan terpadu atau saling berhubungan. Hubungan
antarbagian wacana dibedakan menjadi 2, yaitu kohesi dan koherensi.
Wacana
yang jika dilihat dari hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif.
Jika dilihat dari segi hubungan makna bersifat koheren. Menurut saya banyak
sekali unsur-unsur yang bisa ditemukan ketiak menganalisis suatu wacana,
seperti konteks itu sendiri, aspek kepenulisan dari pengarang, kosa kata yang
digunakan dan lain sebagainya.
Wacana
tersebut jika sturkturnya tidak berbentuk atau terangkai dengan benar serta
tidak ada hubungan antara makna antara kalimat satu dengan lainnya akan
menyebabkan kesalahpahaman. Sehingga informasi yang akan tersampaikan dari
penulis/penutur kepada pembaca/mitra tutur akan berbeda dan menimbulkan
kesalahpahaman.
Oleh
karenanya sebagai penulis/ penutur harus bisa merasakan sebagai pembaca/mitra
tutur terlebih dahulu serta harus mengetahui unsur- unsur pembentuk dari suatu
wacana agar wacana tersebut dapat tersampaikan dengan jelas informasinya.
Penulis
dalam menerjemahkan konteks dalam pembahasan menggunakan trjemahan bebas yang
mana terjemahan itu tidak diterjemahkan dalam kata perkata, mealainkan
terjemahan dari seluruh isi dari konteks tersebut. Kritik dan saran yang
membangun sangat berharga bagi enulis agar ke depannya jauh lebih baik
lagiketika menganalisis. Terimakasih.
Daftar Pustaka
Sumarlam.2003. Teori
dan Praktik Analisa Wacana. Surakarta:Pustaka Cakra
0 comments:
Post a Comment